ELEKTONIKA DIGITAL
KONSEP DASAR
ELEKTRONIKA DIGITAL
Dalam bidang teknologi, bidang bisnis atau bidang yang
lain kita selalu berurusan dengan kuantitas-kuantitas. Kuantitas-kuantitas
tersebut diukur, dimonitor,dicatat dan untuk kepentingan tertentu dapat dimanipulasi
secara aritmatik.
1.1.
Representasi bilangan
Pada dasarnya ada 2 cara untuk merepresentasikan
atau menyatakan nilai bilangan dari suatu kuantitas yaitu secara analog dan
digital.
1.1.1.
Representasi Analog
Pada representasi analog suatu kuantitas dinyatakan
dengan kuantitas yang lain yang berbanding lurus dengan kuantitas yang akan
representasikan. Contoh representasi analog adalah speedometer sepeda motor, dalam
hal ini kecepatan sepeda motor dinyatakan dengan simpangan jarum speedometer, simpangan
jarum speedometer selalu mengikuti perubahan yang terjadi pada saat kecepatan sepeda
motor naik atau turun. Contoh lain adalah kuantitas pada mikrofon audio, tegangan
output yang dihasilkan mikrofon sebanding dengan amplitudo gelombang suara yang
masuk pada mikrofon, perubahan-perubahan pada tegangan output mikrofon selalu
mengikuti perubahan yang terjadi pada input yang masuk pada mikrofon.
Sesuai dengan contoh-contoh diatas, kuantitas analog
mempunyai karakteristik dapat berubah secara bertingkat pada suatu rentang
harga tertentu. Dalam rentang tertentu kecepatan sepeda motor dari 0 sampai 100
Km/h kecepatan bisa pada (10 Km/h, 20 Km/h, 40 Km/h, 60 Km/h, atau 99 Km/h). Dapat
disimpulkan Pada representasi analog perubahan kuantitasnya berlangsung secara kontinyu.
1.1.2.
Representasi Digital
Pada representasi digital Kuantitas tidak dinyatakan
dengan kuantitas yang sebanding tetapi dinyatakan dengan simbul-simbul yang
disebut digit. Contoh pada jam digital yang menunjukkan waktu dalam bentuk
digit-digit desimal yang menyatakan Jam, menit dan detik. Perubahan menit atau
detik yang terbaca dalam jam digital tidak berubah secara kontinyu tetapi
berubah step demi step secara diskrit, berbeda dengan jam tangan analog yang
skala penujukan waktunya berubah secara kontinyu. Dapat disimpulkan Pada
representasi digital perubahan kuantitas berlangsung secara diskrit step demi
step. Karena representasi digital
mempunyai sifat diskrit, maka pada saat pembacaan harga suatu kuantitas digital
tidak ada penafsiran yang mendua berbeda dengan harga suatu kuantitas analog
sering timbul penafsiran yang berbeda.
1.2.
Sistem Digital
Sistem digital adalah suatu kombinasi peralatan
listrik, mekanis, fotolistrik dan lainnya yang disusun untuk melaksanakan
fungsi-fungsi tertentu, yang mana kuantitas-kuantitasnya dinyatakan secara
digital. Beberapa alat yang menggunakan sistem digital antara lain adalah
komputer digital, kalkulator, volt meter digital dan mesin-mesin yang dikontrol
secara numerik. Secara garis besar sistem digital memberikan
keuntungan-keuntungan berupa kecepatan, kecermatan, kemampuan memori, tidak
mudah terpengaruh oleh perubahan-perubahan karakteristik komponen sistem dan pada
umumnya mampu digunakan pada rentang pemakaian yang lebih luas.
1.3.
Sistem Analog
Pada umumnya kuantitas-kuantitas fisik prinsipnya
bersifat analog, pada sistem analog kuantitas-kuantitas berubah secara gradual pada
suatu rentang kontinyu. Contoh-contoh sistem analog adalah komputer analog,
sistem broadcast radio, dan rekaman pita audio. Pada siaran radio AM kita dapat
menalakan radio pada setiap frekuensi sepanjang rentang band dari 535 K Hz
sampai 1605 K Hz secara kontinyu.
1.4.
Sistem Hybryd
Kebanyakan sistem pengendalian pada proses industri adalah
sistem hybryd, sistem ini merupakan gabungan dari kuantitas digital dan kuantitas
analog. Pada sistem hybryd terjadi konversi terus menerus antara kuantitas
digital dan analog. Dalam kenyataannya hampir semua kuantitas adalah bersifat
analog yang kuantitas-kuantitasnya sering diukur dimonitor dan dikontrol. Sistem
pengendalian proses industri yang mempunyai kuantitas-kuantitas seperti,
temperatur, tekanan, permukaan cairan dan kecepatan aliran diukur dan
dikendalikan dengan sistem hybryd yang memanfaatkan keuntungan-keuntungan dari
sistem digital.
Gambar 1.1. menunjukkan diagram blok pengendalian sistem hybryd, input
kuantitas analognya diukur, kemudian kuantitas analog diubah menjadi kuantitas
digital oleh konverter analog ke digital. Selanjutnya kuantitas digital diproses oleh prosesor sentral. Hasil output
dari prosesor sentral diubah kembali
menjadi kuantitas analog oleh konverter digital ke analog untuk diumpankan pada
rangkaian kontroler guna memberikan pengaruh pada pengaturan harga pada
kuantitas analog asal yang telah ditetapkan.
1.5 Konsep Dasar Kuantitas-Kuantitas Biner
Kuantitas
biner secara nyata pada rangkaian logika adalah saklar dua arah yang dipakai untuk
menghidupkan dan mematikan lampu listrik. Dengan rangkaian ini kita dapat
menyatakan setiap bilangan biner seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.2.a.
yang menyatakan kuantitas biner 100102 . Contoh lain ditunjukkan
pada gambar 1.2.b. lubang-lubamg pada kertas digunakan untuk menyatakan bilangan-bilangan
biner, sebuah lubang adalah biner 1 dan tak berlubang biner 0.
Pada sistem digital elektronik informasi biner
dinyatakan oleh sinyal-sinyal listrik yang terdapat pada input dan output dari
rangkaian elektronik. Pada sistem ini biner 1 dan 0 dinyatakan dengan tegangan
0 volt atau 5 volt. Semua sinyal input dan output akan mempunyai harga 0 volt
atau 5 volt dengan batas toleransi
tegangan seperti yang ditunjukkan pada
gambar 1.3.
SISTEM
BILANGAN
Sistem bilangan adalah
kode atau simbol yang digunakan untuk menerangkan sejumlah hal secara detail. Sistem
bilangan adalah bahasa yang berisi satu set pesan simbul-simbul yang berupa
angka dengan batasan untuk operasi aritmatika penjumlahan, perkalian dan yang
lainnya. Pada sistem bilangan terdapat bilangan integer dan bilangan pecahan
dengan titik radix “.”.
Titik radix
2.1.
Sistem Bilangan Biner
Sistem bilangan biner adalah suatu sistem atau cara menghitung bilangan
dengan hanya menggunakan dua simbol angka yaitu ‘0’ dan ‘1’, bilangan ini
sering disebut dengan sistem bilangan berbasis atau radix 2 .Sistem bilangan
biner digunakan untuk mempresentasikan alat yang mempunyai dua keadaan operasi
yang dapat dioperasikan dalam dua keadaan ekstrim. Contoh switch dalam keadaan
terbuka atau tertutup, lampu pijar dalam keadaan terang atau gelap, dioda dalam
keadaan menghantar atau tidak menghantar, transistor dalam keadaan cut off atau
saturasi, fotosel dalam keadaan terang atau gelap, thermostat dalam keadaan
terbuka atau tertutup, Pita magnetik dalam keadaan magnet atau demagnet.
2.2.
Sistem Bilangan Desimal.
Sistem bilangan desimal adalah suatu sistem atau cara menghitung bilangan
dengan menggunakan sepuluh simbol angka yaitu ‘0’ ,‘1’, ‘2’,’3’,’4’,’5’,’6’,’7’,’8’
dan ‘9’ bilangan ini sering disebut dengan sistem bilangan berbasis atau radix 10.
Sistem bilangan desimal kurang cocok digunakan untuk sistem digital karena
sangat sulit merancang pesawat elektronik yang dapat bekerja dengan 10 level
(tiap-tiap level menyatakan karakter desimal mulai 0 sampai 9)
Sistem
bilangan desimal adalah positional-value
system,dimana nilai dari suatu digit tergantung dari posisinya. Nilai yang terdapat pada kolom ketiga pada Tabel 2.1., yaitu A, disebut satuan, kolom kedua yaitu B
disebut puluhan, C disebut ratusan, dan seterusnya. Kolom A, B, C menunjukkan
kenaikan pada eksponen dengan basis 10 yaitu 100 = 1, 101
= 10, 102 = 100. Dengan cara yang sama, setiap kolom pada sistem bilangan biner yang berbasis 2, menunjukkan eksponen dengan basis 2, yaitu 20 = 1, 21 = 2, 22
= 4, dan seterusnya.
Tabel 2.1. Nilai Bilangan Desimal dan Biner
Kolom
desimal
|
Kolom
biner
|
||||
C
102
= 100
(ratusan)
|
B
101
= 10
(puluhan)
|
A
100
= 1
(satuan)
|
C
22
= 4
(empatan)
|
B
21
= 2
(duaan)
|
A
20
= 1
(satuan)
|
Setiap digit biner disebut bit; bit paling kanan
disebut least significant bit (LSB), dan bit paling kiri disebut most
significant bit (MSB).
Untuk membedakan bilangan pada sistem yang berbeda
digunakan subskrip. Sebagai contoh 910 menyatakan bilangan sembilan
pada sistem bilangan desimal, dan 011012 menunjukkan 01101 pada sistem bilangan biner.
Subskrip tersebut sering diabaikan jika sistem bilangan yang dipakai sudah
jelas.
2.3.
Sistem Bilangan Oktal.
Sistem bilangan oktal adalah suatu sistem atau cara menghitung bilangan
dengan menggunakan delapan simbol angka
yaitu ‘0’ ,‘1’, ‘2’,’3’,’4’,’5’,’6’,dan ’7’ bilangan ini sering disebut dengan
sistem bilangan berbasis atau radix 8. Sistem bilangan oktal digunakan sebagai alternatif untuk menyederhanakan sistem
pengkodean biner. Karena 8 = 23, maka satu (1) digit oktal dapat
mewakili tiga (3) digit biner.
2.4.
Sistem Bilangan Heksadesimal.
Sistem bilangan heksadesimal adalah suatu sistem atau cara menghitung
bilangan dengan menggunakan 16 simbol yaitu ‘0’ ,‘1’, ‘2’,’3’,’4’,’5’,’6’,’7’,’8’,’9’,
’A’,’B’, ’C’,’D’,’E’,
dan ‘F’ bilangan ini sering disebut dengan sistem bilangan berbasis atau radix 16.
Identik dengan sistem bilangan oktal, sistem bilangan heksadesimal juga
digunakan untuk alternatif
penyederhanaan sistem pengkodean biner. Karena 16 = 24, maka satu
(1) digit heksadesimal dapat mewakili empat (4) digit biner.
2.5.
Konversi Bilangan
2.5.1.
Konversi
bilangan desimal ke biner.
Cara untuk mengubah
bilangan desimal ke biner adalah dengan membagi bilangan desimal yang akan diubah,
secara berturut-turut dengan pembagi 2, dengan memperhatikan sisa pembagiannya. Sisa pembagian akan
bernilai 0 atau 1, yang akan membentuk bilangan biner dengan sisa yang terakhir
menunjukkan MSBnya. Sebagai contoh, untuk mengubah 5210 menjadi
bilangan biner, diperlukan langkah-langkah berikut :
52/2 = 26 sisa 0, LSB
26/2 = 13 sisa 0
13/2 = 6 sisa 1
6/2 = 3 sisa 0
3/2
= 1 sisa 1
½
= 0 sisa 1, MSB
Sehingga bilangan desimal 5210 dapat
diubah menjadi bilangan biner 1101002.
Cara di atas juga bisa digunakan untuk mengubah
sistem bilangan yang lain, yaitu oktal atau heksadesimal.
Tabel 2.2. Daftar Bilangan Desimal dan Bilangan Biner Ekivalensinya
Desimal
|
Biner
|
||
C
(MSB)
(4)
|
B
(2)
|
A
(LSB)
(1)
|
|
0
1
2
3
4
5
6
7
|
0
0
0
0
1
1
1
1
|
0
0
1
1
0
0
1
1
|
0
1
0
1
0
1
0
1
|
2.5.2. Konversi bilangan desimal ke oktal.
Teknik
pembagian yang berurutan dapat digunakan untuk mengubah bilangan desimal
menjadi bilangan oktal. Bilangan desimal yang akan diubah secara berturut-turut
dibagi dengan 8 dan sisa pembagiannya harus selalu dicatat. Sebagai contoh,
untuk mengubah bilangan 581910 ke oktal, langkah-langkahnya adalah :
5819/8 = 727, sisa
3, LSB
727/8 = 90, sisa
7
90/8 = 11, sisa
2
11/8 = 1, sisa
3
1/8 = 0, sisa
1, MSB
Sehingga 581910
= 132738
2.5.3. Konversi bilangan desimal ke heksadesimal.
Teknik
pembagian yang berurutan dapat juga digunakan
untuk mengubah bilangan desimal menjadi bilangan heksadesimal. Bilangan desimal yang akan diubah
secara berturut-turut dibagi dengan 16
dan sisa pembagiannya harus selalu dicatat. Sebagai contoh, untuk
mengubah bilangan 340810 menjadi bilangan heksadesimal, dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
3409/16 = 213, sisa 110 = 116,
LSB
213/16
= 13, sisa 510 = 516
13/16 = 0, sisa
1310 = D16, MSB
Sehingga, 340910
= D5116.
2.5.4. Konversi bilangan biner ke desimal.
Seperti yang terlihat pada tabel 2.1. sistem bilangan biner adalah suatu
sistem posisional dimana tiap-tiap digit (bit) biner mempunyai bobot tertentu
berdasarkan atas posisinya terhadap titik biner seperti yang ditunjukkan pada
tabel 2.3.
Tabel 2.3. Daftar Bobot tiap bit Bilangan Biner dan Ekivalensinya dalam desimal
24
|
23
|
22
|
21
|
|
2-1
|
2-2
|
2-3
|
|
Titik
biner
16
|
8
|
4
|
2
|
|
0.5
|
0.25
|
0.125
|
|
Titik desimal
Oleh karena itu bilangan biner dapat dikonversikan ke bilangan desimal dengan
cara menjumlahkan bobot dari masing-masing posisinya yang bernilai 1.
Sebagai contoh,
untuk mengubah bilangan biner 1100112 menjadi bilangan desimal dapat
dilakukan sebagai berikut:
25 +
24 + 21 +
20
Sehingga bilangan biner 1100112 berubah menjadi bilangan desimal 5110.
Tabel 2.4. adalah contoh perubahan beberapa bilangan
biner menjadi bilangan desimal.
Tabel
2.4. Contoh Pengubahan Bilangan Biner menjadi Desimal
Biner
|
Kolom
biner
|
Desimal
|
|||||
32
|
16
|
8
|
4
|
2
|
1
|
||
1110
1011
11001
10111
110011
|
-
-
-
-
1
|
-
-
1
1
1
|
1
1
1
0
0
|
1
0
0
1
0
|
1
1
0
1
1
|
0
1
1
1
1
|
8 + 4 + 2 + 0 =14
8 + 0 + 2 + 1 =11
16+ 8 + 0 + 0 + 1 =25
16+ 0 + 4 + 2
+ 1 =23
32+16+
0 + 0 + 2 + 1 =
51
|
Cara lain untuk mengkonversikan
bilangan biner menjadi bilangan desimal dapat dilakukan dengan cara menjumlahkan
angka 2 dengan pangkat koefisien biner yang berharga 1. Sebagai contoh, untuk
mengubah bilangan 101112 menjadi bilangan desimal, dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
101112
= 1x 24 + 0x 23 + 1x 22 + 1x 21 +
1x 20 = 2310
2.5.5.
Konversi
bilangan biner ke oktal.
Konversi
dari bilangan biner ke bilangan oktal
dilakukan dengan mengelompokkan setiap tiga digit biner dimulai dari digit
paling kanan(LSB). Kemudian, setiap kelompok
diubah secara terpisah ke dalam bilangan oktal.
Sebagai contoh,
bilangan 111100110012 dapat dikelompokkan menjadi: 11 110 011 001, sehingga,
112
= 38,
MSB
1102
= 68
0112 = 38
0012 = 18,
LSB
Jadi, bilangan biner
111100110012
apabila diubah menjadi bilangan oktal = 36318.
2.5.6. Konversi bilangan biner ke heksadesimal.
Bilangan biner dapat diubah
menjadi bilangan heksadesimal dengan cara mengelompokkan setiap empat digit
dari bilangan biner tersebut dimulai dari digit
paling kanan (LSB). Kemudian, setiap kelompok diubah secara terpisah ke dalam bilangan heksadesimal.
Sebagai contoh,
01001111010111102
dapat dikelompokkan menjadi: 0100 1111 0101 1110. Sehingga:
01002 = 416,
MSB
11112 = F16
01012 = 516
11102 = E16,
LSB
Dengan demikian, bilangan
01001111010111102
= 4F5E16.
2.5.7. Konversi bilangan oktal ke desimal.
Sistem bilangan oktal adalah suatu sistem posisional dimana tiap-tiap digit
oktal mempunyai bobot tertentu berdasarkan atas posisinya terhadap titik oktal seperti
yang ditunjukkan pada tabel 2.5.
Tabel 2.5. Daftar Bobot tiap digit bilangan oktal dan ekivalensinya dalam desimal
84
|
83
|
82
|
81
|
|
8-1
|
8-2
|
|
Titik
oktal
4096
|
512
|
64
|
8
|
|
0.125
|
0.015625
|
|
Titik desimal
Oleh karena itu bilangan oktal dapat dikonversikan ke bilangan desimal dengan
cara menjumlahkan bobot kali nilai-nilai dari masing-masing posisinya.
Sebagai contoh, untuk
mengubah bilangan oktal 3728 menjadi bilangan desimal dapat
dilakukan sebagai berikut:
3x82 +
7x81 + 2x80
Sehingga bilangan oktal 3728 berubah menjadi bilangan desimal 25010.
2.5.8. Konversi bilangan oktal ke biner.
Konversi
dari bilangan oktal ke bilangan biner dilakukan dengan cara mengubah setiap digit pada bilangan oktal secara terpisah menjadi ekivalen
biner 3 digit, seperti yang terlihat pada Tabel
2.6.
Tabel
2.6. Ekivalen setiap digit bilangan oktal menjadi 3 bit bilangan biner
Digit oktal
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
Ekivalen biner 3 bit
|
000
|
001
|
010
|
011
|
100
|
101
|
110
|
111
|
Sebagai contoh,
bilangan
oktal 35278
dapat diubah menjadi bilangan
biner dengan cara sebagai
berikut:
38 =
0112, MSB
58 =
1012
28 =
0102
78 =
1112, LSB
Sehingga bilangan oktal
35278
sama dengan bilangan biner 011
101 010 1112.
2.5.9. Konversi bilangan oktal ke heksadesimal.
Konversi
dari bilangan oktal ke bilangan heksadesimal dapat dilakukan dengan cara mengubah bilangan oktal
ke bilangan biner atau ke bilangan desimal terlebih dahulu. Sebagai contoh, bilangan oktal 3278 dapat diubah menjadi bilangan
heksadesimal dengan cara diubah dulu ke
bilangan desimal, sebagai
berikut:
Oktal 3 2 7
Desimal 3x82 +
2x81 + 7x80 = 215
Selanjutnya hasil bilangan desimal diubah ke
bilangan heksadesimal,
215/16 = 13, sisa 710 = 716, LSB
13/16 = 0, sisa 1310 = D16, MSB
Sehingga, 3278 = 215 10 = D716.
Cara
lain diubah dulu ke bilangan biner, sebagai berikut:
Oktal
3 2 7
Biner 011 010 111
Selanjutnya hasil bilangan biner dikelompokkan setiap empat bit dimulai dari digit paling kanan (LSB). Kemudian, setiap
kelompok diubah secara terpisah ke dalam bilangan heksadesimal.
Biner
0 1101 0111
Heksadesimal 0 D 7
Sehingga, 3278 =
110101112
= D716.
2.5.10. Konversi bilangan heksadesimal ke desimal.
Sistem bilangan heksadesimal adalah suatu sistem posisional dimana
tiap-tiap digit heksadesimal mempunyai bobot tertentu berdasarkan atas
posisinya terhadap titik heksadesimal seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.7.
Tabel 2.7. Daftar Bobot tiap digit
bilangan
heksadesimal dan ekivalensinya dalam desimal
162
|
161
|
|
16-1
|
16-2
|
|
Titik heksadesimal
256
|
16
|
|
0.0625
|
0.00390625
|
|
Titik desimal
Oleh karena itu bilangan heksadesimal dapat dikonversikan ke bilangan
desimal dengan cara menjumlahkan bobot kali nilai-nilai dari masing-masing
posisinya.
Sebagai contoh, bilangan heksadesimal
152B16 dapat diubah menjadi bilangan
desimal dengan cara sebagai berikut:
152B16 = (1 x
163) + (5 x 162) + (2 x 161) + (11 x 160)
= 1 x 4096 + 5 x
256 + 2 x 16 + 11 x 1
= 4096 + 1280 + 32 + 11
= 541910
Sehingga, 152B16 = 541910
2.5.11. Konversi bilangan heksadesimal ke biner.
Konversi
dari bilangan heksadesimal ke bilangan biner dapat dilakukan dengan cara
mengubah setiap
digit pada bilangan heksadesimal secara terpisah menjadi ekivalen biner 4 bit, seperti yang terlihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8. Ekivalen setiap digit dari
bilangan heksadesimal menjadi 4 bit bilangan biner
Digit
Heksadesimal
|
Ekivalen biner
4 bit
|
0
|
0000
|
1
|
0001
|
2
|
0010
|
3
|
0011
|
4
|
0100
|
5
|
0101
|
6
|
0110
|
7
|
0111
|
8
|
1000
|
9
|
1001
|
A
|
1010
|
B
|
1011
|
C
|
1100
|
D
|
1101
|
E
|
1110
|
F
|
1111
|
Sebagai contoh, bilangan
heksadesimal 2A5C16
dapat diubah ke bilangan biner sebagai berikut.
216 = 0010,
MSB
A16 = 1010
516 = 0101
C16 = 1100,
LSB
Sehingga, bilangan heksadesimal 2A5C16 dapat diubah menjaid bilngan biner 0010 1010 0101 11002.
2.5.12. Konversi bilangan heksadesimal ke oktal.
Konversi
dari bilangan heksadesimal ke bilangan oktal dapat dilakukan dengan cara mengubah bilangan heksadesimal
ke bilangan biner atau ke bilangan desimal terlebih dahulu.
Sebagai contoh, bilangan heksadesimal 9F216 dapat
diubah menjadi bilangan oktal dengan cara
diubah dulu ke bilangan desimal, sebagai berikut:
Heksadesimal 9 F 2
Desimal 9x162 + 15x161 + 2x160 =
2304 +
240 + 2
= 254610
Selanjutnya hasil bilangan desimal diubah ke
bilangan oktal,
2546/8 = 318, sisa 210 = 28, LSB
318/8 = 39, sisa 610 = 68,
39/8 = 4, sisa
710 = 78,
4/8 = 0, sisa
410 = 48, MSB
Sehingga, 9F216
= 2546 10 = 47628.
Cara
lain diubah dulu ke bilangan biner, sebagai berikut:
Heksadesimal 9 F 2
Biner 1001 1111 0010
Selanjutnya hasil bilangan biner dikelompokkan setiap tiga bit dimulai dari digit paling kanan (LSB). Kemudian, setiap
kelompok diubah secara terpisah ke dalam bilangan heksadesimal.
Biner 100 111
110 010
Heksadesimal 4
7 6 2
Sehingga, 9F216 = 1001111100102 = 47628.
2.6.
Bilangan Biner Pecahan
Dalam sistem bilangan
desimal, bilangan pecahan disajikan dengan menggunakan titik desimal.
Digit-digit yang berada di sebelah kiri titik desimal mempunyai nilai eksponen
yang semakin besar, dan digit-digit yang berada di sebelah kanan titik desimal
mempunyai nilai eksponen yang semakin kecil.
Sehingga,
0.110 = 10-1 = 1/10
0.1010 = 10-2‑ = 1/100
0.2 = 2 x
0.1 = 2
x 10-1, dan seterusnya.
Cara yang sama juga bisa digunakan untuk menyajikan bilangan biner
pecahan. Sehingga,
0.12 = 2-1 = ½,
dan
0.012 = 2-2‑ = ½2 = ¼
Sebagai contoh,
0.1112 = 1/2 + 1/4 + 1/8
= 0.5 + 0.25 +
0.125
= 0.87510
101.1012 = 4 + 0 +
1+ ½ + 0 + 1/8
= 5 + 0.625
= 5.62510
Pengubahan bilangan
pecahan dari desimal ke biner dapat dilakukan dengan cara mengalikan bagian
pecahan dari bilangan desimal tersebut dengan 2, bagian bulat dari hasil perkalian
merupakan pecahan dalam bit biner. Proses perkalian diteruskan pada sisa
sebelumnya sampai hasil perkalian sama dengan 1 atau sampai ketelitian yang
diinginkan. Bit biner pertama yang diperoleh merupakan MSB dari bilangan biner
pecahan. Sebagai contoh, untuk mengubah 0.62510 menjadi bilangan
biner dapat dilaksanakan dengan
0.625 x 2 = 1.25, bagian bulat = 1
(MSB), sisa = 0.25
0.25 x 2 = 0.5, bagian
bulat = 0,
sisa = 0.5
0.5 x 2 = 1.0, bagian
bulat = 1
(LSB), tanpa sisa
Sehingga,
0.62510 = 0.1012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar