Halaman

Selasa, 04 Desember 2012


         IEEE 802.16

    Sejarah perkembangan teknologi jaringan wireless hingga saat ini dibagi menjadi 3 generasi yang masing-masing disebut sebagaigenerasi 1 (1G), generasi 2 (2G), dan generasi 3 (3G). Generasi 1 dimulai pada akhir tahun 1970-an di Amerika, dan di Eropa berkembang pada awal tahun 1980-an. Advanced mobile phone service (AMPS) pertama kali diperkenalkan di New Jersey dan Chicago pada tahun 1978. AMPS merupakan sistem telephon wireless analog yang untuk ukuran waktu cukup sukses di Amerika. AMPS berhasil memberikan pelayanan telepon bergerak yang dapat menjangkau sebagian besar daratan Amerika Serikat. Di Indonesia, liberalisasi bisnis seluler dimulai sejak tahun 1995, saat pemerintah mulai membuka kesempatan kepada swasta untuk berbisnis telepon seluler dengan cara kompetisi penuh. Bisa diperhatikan, bagaimana ketika teknologi GSM (global system for mobile) datang dan menggantikan teknologi seluler generasi pertama yang sudah masuk sebelumnya ke Indonesia seperti NMT (nordic mobile telephone) dan AMPS (advance mobile phone system). Ketika di tahun 1980-an, teknologi Global System for Mobile Communication (GSM) datang ke Indonesia, maka para operator pemakai teknologi AMPS (Advanced Mobile Phone System) menghilang. Lalu, muncul Satelindo sebagai pemenang, yang kemudian disusul oleh Telkomsel. Dan pada akhirnya teknologi GSM lebih unggul dan perkembang bak jamur di musinhujan, ini dikarenakan kapasitas jaringan lebih tinggi, karena efisiensi di spektrum frekuensi
dari pada teknologi NMT dan AMPS.

Ada beberapa teknologi tanpa kabel untuk teknologi selular ini, diantaranya adalah:
a.       GSM (Global System for Mobile)
Sekarang, dalam kurun waktu hampir satu dekade, teknologi GSM telah menguasai pasar dengan jumlah pelanggan lebih dari jumlah pelanggan telepon tetap. Di Indonesia, liberalisasi bisnis seluler dimulai sejak tahun 1995, saat pemerintah mulai membuka kesempatan kepada swasta untuk berbisnis telepon seluler dengan cara kompetisi penuh. Bisa diperhatikan, bagaimana ketika teknologi GSM (global system for mobile) datang dan menggantikan teknologi seluler generasi pertama yang sudah masuk sebelumnya ke Indonesia seperti NMT (nordic mobile telephone) dan AMPS (advance mobile phone system). Ketika di tahun 1980-an, teknologi Global System for Mobile Communication (GSM) datang ke Indonesia, maka para operator pemakai teknologi AMPS (Advanced Mobile Phone System) menghilang. Lalu, muncul Satelindo sebagai pemenang, yang kemudian disusul oleh Telkomsel. Dan pada akhirnya teknologi GSM lebih unggul dan perkembang bak jamur di musin hujan, ini dikarenakan kapasitas jaringan lebih tinggi, karena efisiensi di spektrum frekuensi dari pada teknologi NMT dan AMPS. Sekarang, dalam kurun waktu hampir satu dekade, teknologi GSM telah menguasai pasar dengan jumlah pelanggan lebih dari jumlah pelanggan telepon tetap. amun, sampai saat ini telepon seluler masih merupakan barang mewah, tidak semua lapisan masyarakat bisa menikmatinya. Tarifnya masih sangat tinggi dibandingkan dengan telepon tetap PSTN (public switched telephone network), baik untuk komunikasi lokal maupun SLJJ (sambungan langsung jarak jauh), ada yang mencapai Rp 4.500 per menit flat rate untuk komunikasi SLJJ.
b.      CDMA (Code Division Multiple Access), menggunakan teknologi spread-spectrum untuk mengedarkan sinyal informasi yang melalui bandwith yang lebar (1,25 MHz). Teknologi ini asalnya dibuat untuk kepentingan militer, menggunakan kode digital yang unik, lebih baik daripada channel atau frekuensi RF. Teknologi CDMA pengenalan CDMA sudah dimulai sejak tiga tahun lalu ketika Komselindo memperkenalkan CDMA-One. Hanya saja dengan berbagai alasan pengembangannya kurang sukses. Saat ini, PT Telkom kembali memperkenalkan CDMA, tapi tidak lewat jalur "bisnis selular" langsung, melainkan menggunakan CDMA untuk fix phone dengan produk dagang bernama Telkomflexi. Saat ini dengan TelkomFlexi, PT. Telkom menawarkan teknologi yang lebih baik dari teknologi GSM sebelumnya dan dengan harga yang lebih murah. Sebenarnya kenapa tarif yang ditawarkanoleh teknologi ini lebih murah karena Telkomflexi berbasis pada teknologi Wirelless Local-Code Division Multiple Access (WLL-CDMA) tidak saja karena fleksibilitas sebuah fix phone, tapi yang paling utama adalah struktur tarif yang katanya jauh lebih murah karena tidak dibebankan biaya airtimenya.
a.       AMPS (Advanced Mobil Phone Service) merupakan teknologi analog yang menggunakan FDMA (Frequency Division Multiple Access) untuk membagi-bagi bandwith radio yang tersedia ke pada sejumlah channel diskrit yang tetap. Dengan AMPS, bandwith 1,25 MHz yang diberikan untuk penggunaan selular dibagi menjadi channel dengan lebar 30 KHz, masing-masing hanya dapat melayani satu subscriber pada satu waktu. Satu subscriber mengakses sebuah channel maka tidak satupun subscriber lainnya dapat mengakses channel tersebut sampai panggilan pertama itu berhenti atau handed-off ke base station lainnya.
b.      TDMA (Time Division Multiple Data), merupakan sebuah teknologi digital, sama halnya yaitu dengan membagi-bagi spektrum yang tersedia kepada sejumlah channel diskrit yang tetap, meskipun masing-masing channel merepresentasikan time slot yang tetap daripada band frekunesi yang tetap. Sebagai contoh yang mengimplementasikan teknologi TDMA adalah GSM, yang membagi carriers berlebar 2300 KHz menjadi delapan time-division channel. GSM (global sistem for mobile) adalah teknologi yang berbasis TDMA.
c.       UMTS (Universal Mobile Telecomunication Access) merupakan salah sistem generasi ketiga yang dikembangkan di Eropa. dirancang sehingga dapat menyediakan bandwith sebesar 2 Mbits/s. Layanan yang dapat diberikan UMTS diupayakan dapat memenuhi permintaan pemakai dimanapun berada, artinya UMTS diharapkan dapat melayani area yang seluas mungkin, jika tidak ada cell UMTS pada suatu daerah dapat di route-kan melalui satelit.

2.      frekuensi operator
a.       Frekuensi operator GSM
Alokasi frekuensi GSM yang dipakai di Indonesia sama dengan yang dipakai di sebagian besar dunia terutama Eropa yaitu pada pita 900 MHz, yang dikenal sebagai GSM900, dan pada pita 1800 MHz, yang dikenal sebagai GSM1800 atau DCS (Digital Communication System), seperti yang ditunjukkan di Gambar 1 berikut:
   Gambar Alokasi frekuensi GSM yang dipakai di sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia.
   Di Indonesia, ada lima operator GSM (Telkomsel, Indosat, XL, Axis dan Three) yang mengantongi ijin operasi. Alokasi frekuensinya ditunjukkan oleh Gambar 2 dan 3 (Data diberikan oleh “sumber yang dapat diandalkan”). Seperti yang ditunjukkan oleh Gambar-Gambar tersebut, hanya tiga operator yang mendapat alokasi frekuensi untuk pita GSM900 sedangkan untuk pita GSM1800 semua operator kebagian.
                        Gambar 2: Alokasi frekuensi pita GSM900 di Indonesia
      Gambar 3: Alokasi frekuensi pita GSM1800 di Indonesia

     Tabel 1 berikut menunjukkan total alokasi frekuensi yang dimiliki masing-masing operator GSM di tanah air. Terlihat bahwa Telkomsel dan Indosat memiliki jumlah frekuensi terbanyak sedangkan Three paling sedikit, dengan rasio 3:1.
     Table 1: Jumlah frekuensi yang dimiliki masing-masing operator

a.       Frekuensi operator CDMA
Downlink CDMA-850 MHz (BTS ke mobile) dengan Uplink GSM-900 MHz (mobile ke BTS) di pita frekuensi 885 – 890 MHz. Potensi interferensi antara Tx BTS CDMA terhadap Rx BTS GSM. Downlink PCS/CDMA-1900 MHz (BTS ke mobile) dengan Uplink UMTS 2.1 GHz (mobile ke BTS) di pita frekuensi 1950 – 1990 MHz. Potensi interferensi antara Tx BTS CDMA terhadap Rx BTS GSM. Pada tahun 2005, dilakukan penataan frekuensi IMT/3G di pita 1.9 dan 2.1 GHz
dengan melalui:
·         Migrasi frekuensi PCS/CDMA-1900 MHz bagi sejumlah penyelenggara FWA/Selular yang beroperasi di pita 1950 –1990 MHz serta penataan ulang penyelenggara FWA/selular CDMA di pita 850 MHz. FWA Telkom dan FWA Indosat di wilayah Jabotabek, Jawa Barat dan Banten dengan standar PCS-1900 MHz dimigrasikan ke pita frekuensi 800 MHz.
·         Penataan pita frekuensi 1.9 dan 2.1 GHz tersebut juga sekaligus untuk memberikan kesempatan tambahan alokasi frekuensi bagi layanan selular multimedia global (IMT / 3G) pita frekuensi 1940 – 1955 MHz berpasangan dengan 2130 - 2145 MHz.

1    IEEE 802.16
      a.       Standar IEEE 802.16 WiMAX
Awalnya standar IEEE 802.16 beroperasi pada frekuensi 10-66 GHz dan line of sight (LOS), akan tetapi pengembangan IEEE 802.16a yang telah disahkan pada bulan Maret 2004, menggunakan frekuensi yang lebih rendah yaitu sebesar 2-11 Hz sehingga mudah diatur dan tidak memerlukan LOS. WiMAX dapat mencakup area sekitar 50 km dan kecepatan pengiriman data sebesar 70 Mbps. WiMAX mampu menangani sampai ribuan pengguna sekaligus. Standar IEEE 802.16a kemudian direvisi menjadi IEEE 802.16b yang menekankan segala keperluan dan permasalahan dengan quality of service (QoS) kemudian dengan IEEE 802.16c yang menekankan pada interoperability dengan protokol-protokol lain, IEEE 802.16e menekankan pada penggunaan secara mobile.
Tabel standar IEEE 802.16


IEEE 802.16
IEEE 802.16a
IEEE 802. 16e
Terstandarisasi
Januari 2012
Januari 2003 (IEEE 802. 16a
004
Spektrum
10-66 GHz
2-11 GHz
< 6 GHz
Kondisi kanal
Line of Sight
Non Line of Sight
Non Line of Sight
Bit Rate
32 sampai 134 Mbps menggunakan frekuensi kanal 28 MHz
Mencapai 70 Mbps menggunakan frekuensi kanal 20 MHz
Mencapai 15 Mbps menggunakan frekuensi kanal 5 MHz
Modulasi
QPSK, 16
QAM dan 64 QAM
OFDM 256 sub-carrier, QPSK, 16 QAM, 64 QAM
OFDM 256 sub-carrier, QPSK, 16 QAM, 64 QAM
Mobilitas
Perangkat nirkabel tetap
Perangkat nirkabel tetap dn portabel
Nomadic Mobility
Frekuensi per kanal
20, 25 dan 28 MHz
Mulai dari 1,5 hingga 20 MHz
Mulai 1,5 dan 20 MHz
Radius per Cell
2 sampai 5 km
7-10 km dengan kemampuan maksimal 50 km (LOS)
2-5 km




Tidak ada komentar:

Posting Komentar