IEEE
802.16
Sejarah
perkembangan teknologi jaringan wireless hingga saat ini dibagi menjadi 3
generasi yang masing-masing disebut sebagaigenerasi 1 (1G), generasi 2 (2G),
dan generasi 3 (3G). Generasi 1 dimulai pada akhir tahun 1970-an di Amerika,
dan di Eropa berkembang pada awal tahun 1980-an. Advanced mobile phone service
(AMPS) pertama kali diperkenalkan di New Jersey dan Chicago pada tahun 1978. AMPS
merupakan sistem telephon wireless analog yang untuk ukuran waktu cukup sukses
di Amerika. AMPS berhasil memberikan pelayanan telepon bergerak yang dapat
menjangkau sebagian besar daratan Amerika Serikat. Di Indonesia, liberalisasi
bisnis seluler dimulai sejak tahun 1995, saat pemerintah mulai membuka
kesempatan kepada swasta untuk berbisnis telepon seluler dengan cara kompetisi penuh.
Bisa diperhatikan, bagaimana ketika teknologi GSM (global system for mobile)
datang dan menggantikan teknologi seluler generasi pertama yang sudah masuk
sebelumnya ke Indonesia seperti NMT (nordic mobile telephone) dan AMPS (advance
mobile phone system). Ketika di tahun 1980-an, teknologi Global System for
Mobile Communication (GSM) datang ke Indonesia, maka para operator pemakai
teknologi AMPS (Advanced Mobile Phone System) menghilang. Lalu, muncul
Satelindo sebagai pemenang, yang kemudian disusul oleh Telkomsel. Dan pada
akhirnya teknologi GSM lebih unggul dan perkembang bak jamur di musinhujan, ini
dikarenakan kapasitas jaringan lebih tinggi, karena efisiensi di spektrum
frekuensi
dari pada teknologi NMT dan AMPS.
Ada beberapa teknologi tanpa kabel untuk
teknologi selular ini, diantaranya adalah:
a. GSM
(Global System for Mobile)
Sekarang,
dalam kurun waktu hampir satu dekade, teknologi GSM telah menguasai pasar
dengan jumlah pelanggan lebih dari jumlah pelanggan telepon tetap. Di Indonesia,
liberalisasi bisnis seluler dimulai sejak tahun 1995, saat pemerintah mulai
membuka kesempatan kepada swasta untuk berbisnis telepon seluler dengan cara
kompetisi penuh. Bisa diperhatikan, bagaimana ketika teknologi GSM (global
system for mobile) datang dan menggantikan teknologi seluler generasi pertama
yang sudah masuk sebelumnya ke Indonesia seperti NMT (nordic mobile telephone)
dan AMPS (advance mobile phone system). Ketika di tahun 1980-an, teknologi
Global System for Mobile Communication (GSM) datang ke Indonesia, maka para
operator pemakai teknologi AMPS (Advanced Mobile Phone System) menghilang.
Lalu, muncul Satelindo sebagai pemenang, yang kemudian disusul oleh Telkomsel. Dan
pada akhirnya teknologi GSM lebih unggul dan perkembang bak jamur di musin
hujan, ini dikarenakan kapasitas jaringan lebih tinggi, karena efisiensi di
spektrum frekuensi dari pada teknologi NMT dan AMPS. Sekarang, dalam kurun
waktu hampir satu dekade, teknologi GSM telah menguasai pasar dengan jumlah
pelanggan lebih dari jumlah pelanggan telepon tetap. amun, sampai saat ini
telepon seluler masih merupakan barang mewah, tidak semua lapisan masyarakat
bisa menikmatinya. Tarifnya masih sangat tinggi dibandingkan dengan telepon
tetap PSTN (public switched telephone network), baik untuk komunikasi lokal
maupun SLJJ (sambungan langsung jarak jauh), ada yang mencapai Rp 4.500 per
menit flat rate untuk komunikasi SLJJ.
b. CDMA
(Code Division Multiple Access), menggunakan teknologi
spread-spectrum untuk mengedarkan sinyal informasi yang melalui bandwith yang
lebar (1,25 MHz). Teknologi ini asalnya dibuat untuk kepentingan militer,
menggunakan kode digital yang unik, lebih baik daripada channel atau frekuensi
RF. Teknologi CDMA pengenalan CDMA sudah dimulai sejak tiga tahun lalu ketika Komselindo
memperkenalkan CDMA-One. Hanya saja dengan berbagai alasan pengembangannya kurang
sukses. Saat ini, PT Telkom kembali memperkenalkan CDMA, tapi tidak lewat jalur
"bisnis selular" langsung, melainkan menggunakan CDMA untuk fix phone
dengan produk dagang bernama Telkomflexi. Saat ini dengan TelkomFlexi, PT.
Telkom menawarkan teknologi yang lebih baik dari teknologi GSM sebelumnya dan
dengan harga yang lebih murah. Sebenarnya kenapa tarif yang ditawarkanoleh
teknologi ini lebih murah karena Telkomflexi berbasis pada teknologi Wirelless
Local-Code Division Multiple Access (WLL-CDMA) tidak saja karena fleksibilitas
sebuah fix phone, tapi yang paling utama adalah struktur tarif yang katanya
jauh lebih murah karena tidak dibebankan biaya airtimenya.
a. AMPS
(Advanced Mobil Phone Service) merupakan teknologi
analog yang menggunakan FDMA (Frequency Division Multiple Access) untuk
membagi-bagi bandwith radio yang tersedia ke pada sejumlah channel diskrit yang
tetap. Dengan AMPS, bandwith 1,25 MHz yang diberikan untuk penggunaan selular
dibagi menjadi channel dengan lebar 30 KHz, masing-masing hanya dapat melayani
satu subscriber pada satu waktu. Satu subscriber mengakses sebuah channel maka tidak
satupun subscriber lainnya dapat mengakses channel tersebut sampai panggilan
pertama itu berhenti atau handed-off ke base station lainnya.
b. TDMA
(Time Division Multiple Data), merupakan sebuah
teknologi digital, sama halnya yaitu dengan membagi-bagi spektrum yang tersedia
kepada sejumlah channel diskrit yang tetap, meskipun masing-masing channel
merepresentasikan time slot yang tetap daripada band frekunesi yang tetap.
Sebagai contoh yang mengimplementasikan teknologi TDMA adalah GSM, yang membagi
carriers berlebar 2300 KHz menjadi delapan time-division channel. GSM (global sistem
for mobile) adalah teknologi yang berbasis TDMA.
c. UMTS
(Universal Mobile Telecomunication Access) merupakan salah
sistem generasi ketiga yang dikembangkan di Eropa. dirancang sehingga dapat
menyediakan bandwith sebesar 2 Mbits/s. Layanan yang dapat diberikan UMTS
diupayakan dapat memenuhi permintaan pemakai dimanapun berada, artinya UMTS
diharapkan dapat melayani area yang seluas mungkin, jika tidak ada cell UMTS
pada suatu daerah dapat di route-kan melalui satelit.
2. frekuensi
operator
a. Frekuensi
operator GSM
Alokasi frekuensi GSM yang dipakai di Indonesia sama
dengan yang dipakai di sebagian besar dunia terutama Eropa yaitu pada pita 900
MHz, yang dikenal sebagai GSM900, dan pada pita 1800 MHz, yang dikenal sebagai
GSM1800 atau DCS (Digital Communication System), seperti yang
ditunjukkan di Gambar 1 berikut:
Gambar Alokasi frekuensi GSM yang dipakai di sebagian besar negara di
dunia, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, ada lima operator GSM (Telkomsel, Indosat, XL, Axis dan
Three) yang mengantongi ijin operasi. Alokasi frekuensinya ditunjukkan oleh
Gambar 2 dan 3 (Data diberikan oleh “sumber yang dapat diandalkan”). Seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar-Gambar tersebut, hanya tiga operator yang mendapat
alokasi frekuensi untuk pita GSM900 sedangkan untuk pita GSM1800 semua operator
kebagian.
Gambar 2: Alokasi frekuensi pita GSM900 di
Indonesia
Gambar 3: Alokasi frekuensi pita GSM1800 di Indonesia
Tabel 1 berikut menunjukkan total alokasi
frekuensi yang dimiliki masing-masing operator GSM di tanah air. Terlihat bahwa
Telkomsel dan Indosat memiliki jumlah frekuensi terbanyak sedangkan Three
paling sedikit, dengan rasio 3:1.
Table 1: Jumlah frekuensi yang dimiliki masing-masing
operator
a.
Frekuensi operator CDMA
Downlink
CDMA-850 MHz (BTS ke mobile) dengan Uplink GSM-900 MHz (mobile ke BTS) di pita
frekuensi 885 – 890 MHz. Potensi interferensi antara Tx BTS CDMA terhadap Rx
BTS GSM. Downlink PCS/CDMA-1900 MHz (BTS ke mobile) dengan Uplink UMTS 2.1 GHz (mobile
ke BTS) di pita frekuensi 1950 – 1990 MHz. Potensi interferensi antara Tx BTS
CDMA terhadap Rx BTS GSM. Pada tahun 2005, dilakukan penataan frekuensi IMT/3G
di pita 1.9 dan 2.1 GHz
dengan
melalui:
·
Migrasi frekuensi PCS/CDMA-1900 MHz bagi
sejumlah penyelenggara FWA/Selular yang beroperasi di pita 1950 –1990 MHz serta
penataan ulang penyelenggara FWA/selular CDMA di pita 850 MHz. FWA Telkom dan
FWA Indosat di wilayah Jabotabek, Jawa Barat dan Banten dengan standar PCS-1900
MHz dimigrasikan ke pita frekuensi 800 MHz.
·
Penataan pita frekuensi 1.9 dan 2.1 GHz
tersebut juga sekaligus untuk memberikan kesempatan tambahan alokasi frekuensi
bagi layanan selular multimedia global (IMT / 3G) pita frekuensi 1940 – 1955
MHz berpasangan dengan 2130 - 2145 MHz.
1 IEEE
802.16
a.
Standar IEEE 802.16 WiMAX
Awalnya standar IEEE 802.16 beroperasi pada
frekuensi 10-66 GHz dan line of sight (LOS), akan tetapi pengembangan IEEE
802.16a yang telah disahkan pada bulan Maret 2004, menggunakan frekuensi yang
lebih rendah yaitu sebesar 2-11 Hz sehingga mudah diatur dan tidak memerlukan
LOS. WiMAX dapat mencakup area sekitar 50 km dan kecepatan pengiriman data
sebesar 70 Mbps. WiMAX mampu menangani sampai ribuan pengguna sekaligus.
Standar IEEE 802.16a kemudian direvisi menjadi IEEE 802.16b yang menekankan
segala keperluan dan permasalahan dengan quality of service (QoS) kemudian
dengan IEEE 802.16c yang menekankan pada interoperability dengan
protokol-protokol lain, IEEE 802.16e menekankan pada penggunaan secara mobile.
Tabel
standar IEEE 802.16
|
IEEE
802.16
|
IEEE
802.16a
|
IEEE
802. 16e
|
Terstandarisasi
|
Januari
2012
|
Januari
2003 (IEEE 802. 16a
|
004
|
Spektrum
|
10-66
GHz
|
2-11
GHz
|
<
6 GHz
|
Kondisi
kanal
|
Line
of Sight
|
Non
Line of Sight
|
Non
Line of Sight
|
Bit
Rate
|
32
sampai 134 Mbps menggunakan frekuensi kanal 28 MHz
|
Mencapai
70 Mbps menggunakan frekuensi kanal 20 MHz
|
Mencapai
15 Mbps menggunakan frekuensi kanal 5 MHz
|
Modulasi
|
QPSK,
16
QAM
dan 64 QAM
|
OFDM
256 sub-carrier, QPSK, 16 QAM, 64 QAM
|
OFDM
256 sub-carrier, QPSK, 16 QAM, 64 QAM
|
Mobilitas
|
Perangkat
nirkabel tetap
|
Perangkat
nirkabel tetap dn portabel
|
Nomadic
Mobility
|
Frekuensi
per kanal
|
20,
25 dan 28 MHz
|
Mulai
dari 1,5 hingga 20 MHz
|
Mulai
1,5 dan 20 MHz
|
Radius
per Cell
|
2
sampai 5 km
|
7-10
km dengan kemampuan maksimal 50 km (LOS)
|
2-5
km
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar